Anak-anak! Ayo sebutkan macam-macam kacang…!
Kacang hijau, kacang merah, kacang panjang, kacang kedelai Bu…!
Piinteerrr …
Bu Guru, yang hijau disebut kacang hijau, yang merah kacang merah, yang panjang kacang panjang. Tapi kenapa yang ini disebut kacang kedelai…?
Huss… anak TK kok tanyanya macam-macam. Besuk kalau sudah di SD kamu akan diajari tentang itu.
Oooo… begitu ya?
----
Di SD aku tunjuk jari kepada Bapak Guru Biologi
Pak Guru…! Aku mau tanya nih…
Disebut kacang panjang karena panjang, kacang hijau karena warnanya hijau, kacang merah karena merah. Lha… kacang kedelai karena apa?
Ooo…, yang itu belum masuk kurikulum SD. Besok saja kalau kamu sudah SMP itu akan diajarkan.
Yaach… lama sekali!
----
Sesampai di SMP aku beranikan diri untuk menanyakan hal yang sama kepada Bapak Guru, tapi apa jawabnya?
Kamu itu kalau tanya yang mutu dong, masa seperti itu saja ditanyakan. Kok seperti anak TK saja. Pelajari bukumu itu. Tanyakan yang sudah ada di buku.
Aku ngedumel. Kalau sudah ada di buku untuk apa tanya?
----
Di SMA aku masuk jurusan IPA ah…
Anak-anak, buka buku Biologi halaman 99 tentang macam-macam nabati.
Tanya Bu Guru, kenapa yang ini dinamakan kacang kedelai?
Pertanyaan bodoh. Itulah tandanya anak yang tak pernah belajar. Kalau tanya, yang kira-kira keluar di Ujian Nasional gitu lho.
Wong aku benar-benar belum tahu kok, gerutuku.
----
Pergi kuliah pakai kaos oblong dan celana jean yang sengaja aku sobek bagian dengkulnya.
Tas ransel butut aku gendong bersama segudang persoalan.
Para mahasiswa, tugas akhir semester ini adalah menyusun makalah tentang pertumbuhan nabati dengan menggunakan penelitian di laboratorium.
Mati aku… Untuk mencari jawaban tentang kenapa kacang ini dinamakan kacang kedelai saja aku belum berhasil. Padahal buku-buku di perpustakaan sudah habis aku baca.
Kata temanku, masalahku ini tak mungkin ada jawabannya di dalam kampus.
----
Saatnya demo.
Aku pikir ini waktu yang tepat untuk meraih obsesi yang telah 17 tahun aku simpan untuk menjari jawaban.
Di tengah jalan aku teriak : Reformasi… Reformasi… sambil bawa kacang kedelai.
Tanya Pak polisi : Mau apa kamu ?
Aku jawab : Kenapa ini disebut kacang kedelai ?
Tapi kata polisi itu: Tangkaap… !
----
Di pengadilan pak Hakim bertanya :
Apa anda paham kesalahan Anda?
Aku membela diri :
Aku hanya ingin keterbukaan, Pak. Pokoknya harus reformasi.
Apa daya pak Hakim memvonis :
Penjara 1 tahun…!
Jangkrik…
---
Tembok ini penuh dengan garis-garis arang yang kutorehkan setiap pagi.
11 bulan 25 hari dinding ini terasa dingin.
Ceramah Ustadz Rohis pada Jumat siang terasa menyengat kuping.
Saudara-saudara narapidana di Lapas. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Tetapi sebaik-baik manusia yang berdosa adalah mereka yang mau bertobat.
Tapi pak Ustad. Aku masuk LP ini tidak bersalah. Aku hanya ingin tahu kenapa ini dinamakan kacang kedelai ?
Di luar dugaan. Ternyata Pak Ustad-lah orangnya yang bisa memberiku jawaban.
TAKDIR…!!!, katanya.
---&&&---
Isi Pesan:
1. Kreatifitas tak tersalurkan
2. System pendidikan belum tertata
3. Kurikulum semrawut
4. Profesionalisme guru masih tanda tanya
5. Kontens keilmuan tak dikaitkan dengan keimanan
Susun kata : Kang Adib
Sumber inspirasi : Prof. DR. Arief Rahman, M.Pd.
Edisi : Juni 2006.